Andikamengatakan, China sebelumnya pernah mengikuti latihan tahunan ini pada 2012 dan 2013. Namun, setelahnya China tidak lagi melanjutkan untuk mengikuti latihan bersama ini. "Bahwasanya kemudian tidak ada kelanjutan dan mungkin, mungkin kita bukan prioritas. Itu saja," kata Andika selepas membuka Super Garuda Shield 2022 di Pusat Latihan
Yangsatu lebih besar daripada yang lain. Tanpa permisi, Nasrudin langsung mengambil ikan bakar yang lebih besar. Sang filsuf, melihat cara Nasrudin yang tidak sopan, segera memarahi Nasrudin. Menurutnya, Nasrudin sangat egois, melanggar etika, dan perilakunya tidak sesuai dengan kecerdasan.
Iadiketahui meninggal pada abad ke-13. Nasruddin Hoja dikenal sebagai filsuf yang bijak namun memiliki kisah-kisah dan anekdotnya yang lucu. Hoja muncul dalam ribuan cerita, terkadang jenaka dan pintar, terkadang bijak, tetapi sering juga bersikap bodoh atau menjadi bahan lelucon. Setiap kisah Hoja biasanya mengandung humor cerdas dan mendidik.
Vay Tiền Nhanh. Ada seorang pedagang tua meninggal dan mewariskan harta yang cukup banyak buat anak lelaki satu-satunya. Namun karena anak itu sangat gemar berfoya-foya dengan teman-temannya dalam sekejap habislah harta warisan orang-tuanya. Tentu saja kawan-kawannya mengetahui bahwa ia sudah miskin mereka meninggalkannya. Ketika ia benar-benar miskin dan sebatangkara, pergilah ia menemui Nasruddin Hoja yang dikenal bijak dan dapat menolong siapa pun yang sedang mengalami kesulitan. “Hartaku sudah habis dan kawan-kawanku semuanya telah meninggalkanku,” kata anak lelaki itu. “ Tolong ramalkan apa yang akan terjadi pada saya.” “Oh, jangan khawatir,” jawab Nasruddin Hoja “Segalanya akan beres kembali. Tunggu beberapa hari, kau akan senang dan bahagia melebihi sebelumnya.” Anak itu gembira bukan main mendengar kata-kata itu. “Jadi saya akan kembali menjadi kaya raya ?” tanyanya. “O, tidak, bukan itu maksudku. Kau salah tafsir. Maksudku ialah dalam waktu yang tak lama kau akan terbiasa menjadi orang miskin dan terbiasa pula tak mempunyai teman. Seorang filsuf dan moralis yang terkenal singgah di kota Ak Shehir tempat Nasruddin Hoja tinggal. Filsuf itu telah banyak mendengar tentang kebijaksanaan Nasruddin Hoja, ia bermaksud mengajaknya berdiskusi. Untuk itu ia mengundang Nasruddin Hoja makan di suatu restoran. Setelah memesan makanan, mereka pun berdiskusi. Tak lama kemudian pelayan datang menghidangkan dua ekor ikan bakar. Salah satu ikan bakar itu memiliki ukuran yang jauh lebih besar dari ikan lainnya. Tanpa ragu-ragu Nasruddin Hoja mengambil ikan yang terbesar. Sang filsuf menggerenyitkan keningnya menatap Nasruddin Hoja dengan tatapan yang tak percaya. Kemudian Sang Filsuf mengatakan bahwa apa yang dilakukan Nasruddin adalah suatu hal yang hina dan egois dan bertentangan dengan prinsip-prinsip moral, etika dan kepercayaaan masyarakat pada umumnya. Nasruddin Hoja mendengarkan khotbah Sang Filsuf dengan sabarnya sampai Sang Filsuf kehabisan tenaga. “Kalau begitu Tuan, seharusnya apa yang akan kau lakukan ?” tanya Nasruddin Hoja kemudian. “Kalau saya, sebagai orang yang bijak. Saya tidak akan mementingkan diri sendiri dan tentunya akan mengambil ikan yang lebih kecil untuk diriku sendiri.” Kata Sang Filsuf. “Silakan kalau begitu !” kata Nasruddin Hoja singkat, sambil menyodorkan ikan yang kecil pada Sang Filsuf. Nasruddin berbincang-bincang dengan hakim kota. Hakim kota, seperti umumnya cendekiawan masa itu, sering berpikir hanya dari satu sisi saja. Hakim memulai, “Seandainya saja, setiap orang mau mematuhi hukum dan etika, …” Nasruddin menukas, “Bukan manusia yang harus mematuhi hukum, tetapi justru hukum lah yang harus disesuaikan dengan kemanusiaan.” Hakim mencoba bertaktik, “Tapi coba kita lihat cendekiawan seperti Tuan. Kalau Anda memiliki pilihan kekayaan atau kebijaksanaan, mana yang akan dipilih?” Nasruddin menjawab seketika, “Tentu, saya memilih kekayaan.” Hakim membalas sinis, “Memalukan. Tuan adalah cendekiawan yang diakui masyarakat. Dan Tuan memilih kekayaan daripada kebijaksanaan?” Nasruddin balik bertanya, “Kalau pilihan Tuan sendiri?” Hakim menjawab tegas, “Tentu, saya memilih kebijaksanaan.” Dan Nasruddin menutup, “Terbukti, semua orang memilih untuk memperoleh apa yang belum dimilikinya.”
FilterBukuSosial PolitikNovel & SastraReligi & SpiritualHobiBuku Remaja dan AnakMainan & HobiMasukkan Kata KunciTekan enter untuk tambah kata 75 produk untuk "nasrudin hoja" 1 - 60 dari 75UrutkanAdSang Mullah Kumpulan Kisah Bijak Jenaka Nasrudin SelatanAlifia 15AdShalat Jum'at di Hari Kamis - 101 Kisah Jenaka Nasruddin SlemanArea Buku 20AdPerkembangan Tafsir Al-Quran Di Asia Tenggara - Nasruddin 6%Kab. SlemanSocial Agency 13AdProduk Terbarubuku DARMAGANDHUL KISAH KEHANCURAN JAWA DAN AJARAN2 RAHASIA buku erga online bookAdBUKU BIOGRAFI LENGKAP ALI BIN ABI THALIB RA - Abdul Syukur 2BUKU SANG MULLAH KUMPULAN KISAH BIJAK JENAKA NASRUDIN 3Sang Mullah Kumpulan Kisah Bijak Jenaka Nasrudin SelatanAlifia 15SANG MULLAH KUMPULAN KISAH BIJAK JENAKA NASRUDIN 2Sang Mullah Kumpulan Kisah Bijak Jenaka Nasrudin Hoja - Astrid BandungBukunetbuku,360,CERITA JENAKA NASRUDIN Sidoarjotoko kolong atap
Seorang filsuf yang penasaran dengan Nasrudin Hoja, mengajak Nasrudin untuk berjalan-jalan berkeliling kota. Setelah sekian lama mengobrol dan berdebat, akhirnya keduanya memutuskan untuk mencari tempat makan. Tak lama kemudian, mereka tiba di sebuah rumah makan terkemuka dan meminta masakan paling spesial untuk hari ini.“Menunya adalah ikan bakar,” kata pelayan.“Bawakan dua untuk kami!” jawab menit kemudian, sang pelayan membawakan dua ikan bakar. Yang satu lebih besar daripada yang lain. Tanpa permisi, Nasrudin langsung mengambil ikan bakar yang lebih besar. Sang filsuf, melihat cara Nasrudin yang tidak sopan, segera memarahi Nasrudin. Menurutnya, Nasrudin sangat egois, melanggar etika, dan perilakunya tidak sesuai dengan kecerdasan. Setelah diceramahi sekian lama, Nasrudin menyela.“Sudah cukupkah Tuan?” tanya Nasrudin.“Anda benar-benar tidak sopan. Saya malu berteman dengan Anda. “Sebagai seorang yang bermoral, saya tidak akan berperilaku seperti Anda. Saya justru akan memilih ikan bakar yang lebih kecil!” jawab filsuf tersebut.“Ini bagian Anda kalau begitu,” Nasrudin menyodorkan ikan bakar yang lebih kecil kepada filsuf Rahasia dalam Kisah Filsuf MoralisTerdapat kejadian yang bisa dilepaskan dari prinsip moral yang kita anut selama ini karena yang kita maksud sebagai moral sebenarnya adalah “selubung untuk menutupi keinginan atau keserakahan diri sendiri”. Padahal, seharusnya, moral dapat disebutkan sebagai “upaya manusia untuk berbagi satu sama lain dengan melepaskan segala perangkat yang melekati, termasuk harga diri”. Kita bisa menganggap bahwa Sang filsuf yang memeroleh ikan bakar kecil, tengah termakan ucapannya sendiri tentang “tindakan mengalah”. Kita juga bisa berpendapat bahwa Nasrudin tengah mengajari sang filsuf untuk menyelaraskan ucapan dan hatinya karena orang yang ucapan dan hatinya tidak selaras adalah orang munafik. Bagaimana mungkin orang munafik bisa memberikan ilmu pengetahuan? Tweet Share Share Share Share About Fitra Firdaus Aden Seorang penulis lepas, content writer, keyboard warrior, dapat dihubungi melalui fitrafirdausaden
kata bijak nasrudin hoja